Mimpi “Calon Ibu"

Menjadi seorang ibu adalah mimpi setiap wanita, termasuk aku yang saat ini masih berusia 21 tahun. Bukan sekadar menjadi seorang ibu tentunya, tetapi menjadi ibu yang baik. Kenapa??


Teringat saat aku masih duduk di bangku taman kanak-kanak, jarak sekolah yang cukup jauh,setiap hari ibu mengantarkanku ke sekolah dengan sepeda onthel. Mungkin itu hal yang biasa, tapi setelah diingat lagi, aku merasa beliau adalah seorang superwomen. Bayangkan saja, setelah mengantarkanku ke sekolah, ia kemudian pergi berbelanja ke pasar dengan arah yang berlawanan dari sekolahku. Belum lagi saat aku yang dengan seenaknya meninggalkan topi untuk upacara, betapa kesalnya ibu tapi ia tetap kembali ke rumah untuk mengambil topi itu.

Banyak hal yang keluarga kami lalui saat dahulu masih tinggal di sebuah kamar kos di Surabaya.
Yang paling ku ingat adalah cara ibu mengajariku. Saat itu aku menganggap waktu belajar adalah waktu neraka. Amat sangat tertekan. Ibu mengajari dengan keras, tegas, dan disiplin. Hampir setiap belajar, aku selalu menangis karena takut salah atau lamban berpikir. Setelah 10 tahun berlalu, hasil didikan ibu benar-benar ku rasakan. Tepatnya saat aku mulai hidup jauh dari ibu. Kedisiplinan waktu belajar terpatri dalam diriku untuk menghasilkan prestasi.

Hal kedua yang paling aku ingat adalah setiap pulang sekolah. Menu makan siang adalah kombinasi sayur dan ikan. Entah kenapa, saat kecil aku sangat benci dengan sayur. Menurutku, sayur itu menjijikan, tapi karena takut dengan omelan ibu dengan berat hati selalu ku habiskan. Saat beranjak dewasa, ketika ibu sudah tidak se-ekstrim dulu dalam urusan makanan, aku kembali dengan kebiasaanku, tidak suka makan sayur. Setelah 1 tahun jarang makan sayur, walhasil aku mulai mengalami masalah pencernaan yang cukup parah, karena kurang serat. Lagi-lagi pola ajar ibu, sangat ku rasakan dan berdampak baik dalam hidupku. 

Sampai saat ini, ibu terus berjuang sekuat tenaga untuk kehidupan ku di ibu kota. Beliau membanting tulang bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Lalu, bagaimana denganku? Apa yang telah aku lakukan untuk ibu? Apa yang pernah aku berikan untuk ibu? Jawabannya nol. Aku belum bisa melakukan sesuatu apalagi membalas pemberian ibu yang luar biasa besarnya. Aku ingin menjadi ibu seperti ibuku.. tapi apakah bisa, aku yang seperti ini menjadi seorang ibu.. sampai saat ini aku hanya bisa bermimpi...

Kelak, ketika aku telah menjadi seorang ibu, aku akan:

• Memberikan ASI ekslusif selama 4 tahun untuk anak, walaupun umumnya hanya 6  bulan sampai dengan 2 tahun, tapi selama aku mampu memenuhi asupan anak, hal tersebut tetap ku lakukan.

• Setelah 4 tahun, mulailah memberikan pendidikan bagi anak-anak, tidak hanya pendidikan formal, tapi juga pendidikan praktis. Bagaimana bisa tahu keinginan anak berusia 4 tahun? Menurutku, anak-anak harus diperkenalkan ke dalam suatu hal yang menarik, misalnya musik, tari, atau apapun itu. Tidak ada salahnya memperkenalkan banyak hal untuk junior kan, selama pengajaran diberikan sesuai usia dan tidak memaksakan kehendak kita.

• Banyak yang bilang, menjadi ibu sempurna, harus selalu dekat dengan anak. Namun, 
menurutku hal tersebut tidak selalu benar. Menjadi ibu sempurna tidak harus selalu berada dekat dengan anak sepanjang waktu. Yang terpenting adalah waktu yang berkualitas saat bersama mereka dan memberikan pengajaran yang baik. Selain itu, terlalu lama berada di dekat buah hati juga kurang mengasah kemandirian anak tersebut. Hal itu kurang baik untuk kehidupan mereka di masa depan. Jadi, untuk menjadi ibu, kita juga dapat beraktivitas dan berkarir bukan?

No gadget!! Setidaknya sampai usia 7 tahun. Mungkin terlihat norak atau kampungan, tapi menurutku ini hal yang baik untuk tumbuh kembang anak, sehingga anak akan tetap menjadi anak-anak sebagaimana mestinya. Tidak terpengaruh hal-hal negatif dari gadget.

• Seperti ajaran ibuku dahulu, “sayur itu bagus buat nutrisimu dek, ayo dimakan!!”.. hal itu juga akan ku tanamkan pada anak-anakku. Saat usia 7 bulan, asupan makanan selain ASI juga sudah harus diperhatikan. Dari beberapa informasi, kombinasi sayur dan buah sangatlah baik untuk kesehatan anak. Yang harus diperhatikan adalah cara mengolah dan memilih tekstur makanan. 


Harapan untuk anakku nanti:

Anak merupakan harapan orang tua, untuk itu sebagai orang tua wajib memberikan pengajaran yang terbaik. Pengajaran dapat diberikan mulai usia 2 tahun. Pola belajar dengan bermain dapat dipilih, hal ini dapat menciptakan chemistry antara anak dan orang tua. Pengenalan kepada hal-hal baru menurut saya lebih penting dari sekadar pendidikan formal. Pengenalan hal baru ini dapat berupa mengajak anak travelling atau mengunjungi tempat-tempat bersejarah. Yang harus diingat pengalaman itu nomor satu.

Sekarang, bagaimana menumbuhkan sikap percaya diri anak. Hal ini menjadi pengalaman pribadiku. Saat aku kecil, aku tergolong anak yang pendiam, pemalu, dan sulit bersosialisasi. Ibu selalu berusaha mengajarkan agar aku mampu berbicara di depan orang tanpa rasa canggung. Salah satu hal yang sering dilakukannya adalah mengikutkanku dalam lomba-lomba yang membuatku berkesempatan bertemu banyak orang untuk bersosialisasi. Semua jenis lomba dapat diikuti selama anak tersebut enjoy menlakukannya. Hal itu juga akan aku lakukan untuk anak-anak kelak. Aku dapat merasakan manfaatnya tidak hanya sifat percaya diri yang tumbuh, tetapi juga melatih sikap tanggung jawab kepada anak.

Menjadi pemimpin adalah kodrat setiap manusia, paling tidak dia akan menjadi pemimpin untuk diri sendiri dan keluarganya. Aku ingin anak-anakku kelak dapat menjadi pemimpin yang sehat dan berbudi luhur. Apabila semua pengajaran telah dilakukan, ada hal yang paling penting untuk membuat impian itu terwujud yaitu mengatur asupan makanan dan nutrisi anak. Bayangkan apabila kita dapat melihat junior dapat beraktivitas dengan gembira dan riang, tentu sangat menyenangkan. Asupan makanan yang lengkap dengan karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral wajib dipenuhi untuk si kecil. Umumnya, pada usia tumbuh kembang yang paling baik diberikan adalah makanan yang kaya akan protein misalnya ikan, daging, dan telur. Namun, yang tidak kalah penting adalah tetap harus memperhatikan jumlah asupan yang masuk agar si kecil tidak mengalami overweight. Sejujurnya, saya lebih suka anak dengan badan normal dan berisi dibanding anak yang gendut walaupun terlihat lebih lucu.


Oleh: Rizki Ade Kurnia Putri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar